Kamis, 28 April 2016

Teknik dan Proses Keselamatan Kerja Industri

Kesehatan dan Keselamatan Kerja  


  Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. 

Apa Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
  Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dapat diambil dari beberapa sumber, di antaranya ialah pengertian dan definisi K3 menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007. 

Berikut adalah pengertian dan definisi K3 : 

Filosofi (Mangkunegara) : 
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. 

Keilmuan :
Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. 

OHSAS 18001:2007 : 
Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja. (Sumber)

Sejarah Munculnya K3 di Indonesia
  Didasari Kemajuan perkembangan K3 yang dicapai di eropa sangat dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, dan yang perlu anda ketahui bahwa perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah negara kita/ Indonesia merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan, meskipun permulaannya belum berlaku, namun telah memuat pokok-pokok tentang K3.
  Pada tahun 1967 Departemen Perburuhan mendirikan lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh.
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi Umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang ada di Pemerintah dari tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan.
  Dengan Demikian Dapat dikatakan bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk, poster dan disebabarluaskan ke seluruh Indonesia. Kegiatan lain adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan secara berkala dan terus menerus.
  Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI) yang memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pendidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk mata kuliah pendidikan formal yang diberikan pada beberapa jurusan diPerguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk In formasl berupa kursuskursus keahlian K3 dan salah satu keahlian yang berkembang di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene Industri Muda. (Sumber)


K3 Berdasarkan Industri
  K3 yang spesifik dapat bervariasi pada sector dan industri tertentu. Pekerja kontruksi akan membutuhkan pencegahan bahaya jatuh, sedangkan nelayan menghadapi risiktenggelamBiro Statistik Buruh Amerika Serikat menyebutkan bahwa perikananpenerbanganindustri kayupertanianpertambanganpengerjaan logam, dan transportasiadalah sektor industri yang paling berbahaya.

Konstruksi
   Adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia, menghasilkan tingkat kematian yang paling banyak di antara sektor lainnya.Risiko jatuh adalah penyebab kecelakaan tertinggi. Penggunaan peralatan keselamatan yang memadai seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur pengamanan seperti pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu mengurangi risiko kecelakaan. Tahun 2010, National Health Interview Survey mengidentifikasi faktor organisasi kerja dan psikososial dan paparan kimiawi/fisik pekerjaan yang mampu meningkatkan beberapa risiko dalam K3. Di antara semua pekerja kontruksi di Amerika Serikat, 44% tidak memiliki standar pengaturan kerja, sementara pekerja di sektor lainnya hanya 19%. Selain itu 55% pekerja konstruksi memiliki pengalaman ketidak-amanan dalam bekerja, dibandingkan 32% pekerja di sektor lainnya. 24% pekerja konstruksi terpapar asap yang bukan pekerjaannya, dibandingkan 10% pekerja di sektor lainnya.

Pertanian
  Pekerja pertanian memiliki risiko luka, penyakit paru-paru akibat paparan asap mesin, kebisingan, sakit kulit, dan kanker akibat bahan kimia seperti pestisida. Pada pertanian industri, kecelakaan melibatkan penggunaan alat dan mesin pertanian. Kecelakaan yang paling umum adalah traktor yang terguling.Pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pertanian juga berbahaya bagi kesehatan pekerja, mampu mengakibatkan gangguan kesehatan organ seks dan kelainan kelahiran bayi. Jumlah jam kerja para pekerja di bidang pertanian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa 37% pekerja memiliki jam kerja 48 jam seminggu, dan 24% bekerja lebih dari 60 jam seminggu. Dipercaya tingginya jam kerja tersebut mengakibatkan tingginya risiko kecelakaan. Dan dari semua pekerja di sektor pertanian, 85% lebih sering bekerja di luar ruangan dibandingkan sektor lainnya yang hanya 25%.

Sektor jasa
  Sejumlah pekerjaan di sektor jasa terkait dengan industri manufaktur dan industri primer lainnya, namun tidak terpapar risiko yang sama. Masalah kesehatan utama dari pekerjaan di sektor jasa adalah obesitas dan stres psikologis serta kelebihan jam kerja.

Pertambangan dan perminyakan
  Pekerja di sektor perminyakan dan pertambangan memiliki risiko terpapar bahan kimia dan asap yang membahayakan kesehatan. Risiko kulit terpapar bahan kimia berbahaya, menghirup asap, hingga risiko lain seperti homesick karena lokasi kerja yang jauh dari rumah, bahkan hingga ke area lepas pantai.


Sabtu, 16 Januari 2016

PENELITIAN ILMIAH

PENELITIAN ILMIAH

  1. PENGERTIAN KARYA TULIS  ILMIAH
        Menurut Munawar Syamsudin (1994), tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian tertentu secara utuh, teratur dan konsisten. Menurut Suhardjono (1995), tidak semua karya tulis merupakan karya tulis ilmiah. Ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan. Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku, maupun terjemahan, baru dapat disebut ilmiah apabila memenuhi tiga syarat, yakni :
    1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
    2. Menggunakan metode ilmiah atau cara berpikir ilmiah.
    3. Sosok penampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu tulisan keilmuan.
Selanjutnya, yang dimaksud pengetahuan ilmiah  adalah segala sesuatu yang kita ketahui (pengetahuan) yang dihimpun dengan metode ilmiah (Kemeny dalam The
Liang Gie, 1997). Pengetahuan ilmiah ini selanjutnya disebut dengan “ilmu”. Para filsuf memiliki pemahaman yang sama mengenai ilmu, yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara sistematis (The Liang Gie, 1997).
Selanjutnya berpikir ilmiah mengandung makna bahwa orang yang berpikir ilmiah selalu memiliki sikap skeptis, analitis, dan kritis dalam menghadapi fenomena masyarakat yang terjadi. Sementara itu, dengan metode ilmiah berarti  bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan prosedur atau langkah-langkah dan struktur yang rasional (The Liang Gie, 1997). Dalam kegiatan ilmiah tercermin adanya proses kerja yang  menggunakan metode keilmuan yang ditandai dengan adanya argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan, serta dukungan fakta empirik. Di samping itu juga ada analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoretik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji. Kegiatan ilmiah dapat berupa : (1) Penelitian (research), (2) Pengembangan (development), dan (3) Evaluasi (evaluation)
  2.  LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH
Langkah-langkah penulisan karya ilmiah pada umumnya meliputi empat tahapan, yaitu :
  1. Perumusan Masalah
Untuk memulai penulisan artikel,  kita harus menapatkan suatu pemasalahan. artikel. Dari permasalahan ini kita bisa menelorkan suatu tema atau topik yang lebih spesifik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Kemudian dari topik ini dapat diangkat suatu judul artikel.
 Pada dasarnya ada banyak permasalahan yang mengitari kehidupan kita seperti permasalahan relevansi pendidikan, kemiskinan, lingkungan hidup, sosialisasi politik, suksesi kepemimpinan nasional, ketergantungan di bidang teknologi, dampak negatif proses industrialisasi, dan masih banyak yang lain lagi. Kita bisa memilih salah satu atau beberapa permasalahan tersebut untuk kita angkat sebagai topik penulisan artikel. Untuk memilih  permasalahan tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1)   Permasalahannya yang actual dan up to date (‘hangat” dan  “menggigit”), sehingga menarik perhatian pembaca.
2)   Permasalahannya sesuai dengan minat dan disiplin ilmu yang kita tekuni, sehingga kita lebih mudah untuk memper-tanggung-jawabkannya  secara ilmiah.
3)   Permasalahan tersebut memang sangat urgen di dalam masyarakat, dan perlu segera mendapatkan pemecahan. Penulis pemula biasanya mengalami kesulitan untuk mencari masalah. Seolah-olah dunia sekelilingnya berjalan tanpa ada masalah. Padahal, kalau kita mau merenung, banyak sekali masalah yang cukup menarik untuk ditulis. Permasalahan bisa kita temukan dari pengalaman maupun teori-teori. Apabila sulit mencari permasalahan, langkah yang perlu dilakukan adalah :
         a)  Bacalah  teori  dari  berbagai b uku dan  sumber  sebanyak
                       mungkin.
b) Bacalah laporan-laporan hasil penelitian, termasuk skripsi dan tesis
b)   Biasakan mengamati dan merenungkan segala fenomena yang terjadi  di  sekeliling kita.
Hal ini perlu dilakukan agar kita bisa mengembangkan intuisi yang kita miliki sehingga akhirnya kita memiliki tingkat kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap berbagai fenomena dan regularitas sosial budaya dan alam yang ada di sekeliling kita.
b. Pengembangan Hipotesis
          Hipotesis  perlu dikembangkan agar kita bisa memberikan jawaban sementara terhada masalah yang kita angkat. Ini penting untuk kita lakukan agar kita bisa menyajikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang kita hadapi. Hipotesis untuk kepentingan karya tulis ilmiah ini tidak harus dirumuskan secara formal seperti pada karya tulis penelitian. Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah ialah untuk mengarahkan imajinasi ilmiah kita agar bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi jika kita berupaya memecahkan permasalahan yang kita hadapi dengan pendekatan-pendekatan tertentu.
c. Pengumpulan dan Analisis Data
Langkah ini kita ambil agar apa yang kita hipotesiskan bisa didukung data-data yang memadai. Data yang kita ambil  bisa data kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kebutuhan kita.  Juga tidak harus berupa data primer, data sekunder pun bisa kita gunakan. Dalam langkah ini kita perlu menganggap bahwa pendapat orang, hukum-hukum yang telah mapan, dan juga  teori-teori yang ada bisa kita perlakukan sebagai data yang bisa mendukung atau membantah hipotesis yang kita ajukan.
Kalau kita mampu menyajikan data yang memadai dengan benar, maka akan terasa bahwa artikel atau karya tulis yang kita buat akan menjadi lebih utuh. Di samping itu hasil karya tulis kita pun akan semakin berbobot dan menarik untuk dibaca. Seandainya karya tulis itu akan digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan, maka pengambil kebijakan akan mendapatkan landasan yang lebih akurat.
      d.  Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini bermaksud untuk menentukan posisi penulis berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Pada tahap ini tercapailah klimak pembahasan, sehingga dalam tahap ini penulis harus bisa memaparkan dengan jelas apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Untuk bisa melakukan pembahasan dengan akurat, kita sebaiknya banyak membaca teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan topik karya tulis kita. Dengan berbuat demikian berarti kita telah mengambil dan menentukan posisi ilmiah bagi diri kita sendiri. Selanjutnya kita perlu menyimpulkan inti karya tulis kita, memberikan  saran atau  himbauan,   sesuai dengan temuan karya tulis kita tersebut.
   Ke empat langkah di atas itulah yang perlu kita pegang dalam mengembangkan gagasan dalam penulisan artikel ilmiah. Namun demikian, hal yang perlu juga diperhatikan ialah bahwa susunan dan sistematikanya tidak harus eksplisit. Bahkan jangan sekali-kali mengeksplisitkan empat langkah tersebut dalam karya tulis ilmiah (papaer/makalah/artikel), karena justru akan mengganggu pembaca dalam  memahami inti karya tulis tersebut.
Masing-masing langkah tidak perlu dirumuskan dan dibuat sebagai sub­bahasan. Susunlah sistematika artikel seluwes mungkin. Namun, dari sistematika itu, yang penting kita harus memiliki dan melakukan empat langkah itu secara implisit entah pada pokok bahasan mana saja asalkan masih logis dilihat dari kronologisnya.
3. JENIS-JENIS KARYA TULIS ILMIAH
        Karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, sesuai dengan Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya menurut Suhardjono, (1995) dapat dikelompokkan sebagai berikut:
NO.
JENIS KARYA TULIS ILMIAH
PENGELOMPOKAN
KARYA TULIS ILMIAH
1
Karya (tulis ) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan Laporan kegiatan ilmiah
Laporan Kegiatan ilmiah
2
Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam pendidikan, Tulisan Ilmiah
Tulisan Ilmiah
3
Tulisan ilmiah popular di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa
4
Prasarana yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah
5
Buku pelajaran atau modul buku
Buku
6
Diktat pelajaran
7
Karya penerjemah buku pelajaran / karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan
      Sumber: Suhardjono, 1995.Tabel di atas menunjukkan adanya berbagai jenis karya ilmiah,              namun di dalam tulisan  inihanya akan dibahas secara sekilas tentang karya tulis ilmiah yang          berbentuk  makalah, paper, artikel ilmiah, serta buku (modul dan diktat/buku teks).
a. MAKALAH, PAPER DAN ARTIKEL ILMIAH
          1) Pengertian Makalah, Paper, dan Artikel Ilmiah
Makalah merupakan naskah yang sistematik dan utuh yang berupa garis-garis besar (outlines) mengenai suatu masalah, dan ditulis dengan pendekatan satu atau lebih disiplin keilmuan tertentu, baik itu menguraikan pendapat, gagasan maupun pembahasan dalam rangka pemecahan masalah tersebut.
Paper, adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan para akademisi (mahasiswa) dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi (Diploma/S1/S2/S3)
Artikel ilmiah, adalah sebutan khusus untuk makalah yang mengalami variasi dan adaptasi tertentu, yang dipublikasikan melalui suatu jurnal ilmiah atau penerbitan  khusus lain, tanpa meninggalkan prinsip dari struktur, format, sistematika dan isi makalah ilmiah.
2) Format Makalah/Paper/Artikel
Format dasar dan umum dari makalah dengan sistematika pokok, diantaranya meliptui:
a.    Judul
b.    Pendahuluan/Latar Belakang Masalah
c.    Permasalahan/ Rumusan Masalah
d.    Kajian Teori
e.    Pembahasan
f.     Kesimpulan
g.    Saran
h.    Penutup
i.      Daftar Pustaka
Satu hal yang sangat penting untuk selalu diingat ialah: segeralah menulis di saat permasalahan ditemukan. Kalau permasalahan tersebut tidak segera ditulis akibatnya akan semakin kabur dan lama-lama hilang. Akhimya kegiatan menulis karya ilmiah menjadi terkatung-katung lagi. Alangkah baiknya menginventarisir banyak permasalahan. Dari inventarisasi itu, pilihlah satu atau dua yang memiliki daya tarik paling kuat, kemudian kembangkan dua atau tiga buah topik yang bisa dibahas menjadi sebuah tulisan ilmiah.
Kalau topiknya telah dirumuskan, maka bangunlah kisi-kisi (outline) pembahasannya untuk masing-masing topik. Dari kisi-kisi itu akan kita lahirkan secara detail pembahasan yang bisa mengikuti pendekatan ilmiah seperti yang telah kita kemukakan di muka. Dalam membangun kisi-kisi itu harus memperhatikan alur pikir dan logika yang runtut dan sistematis. Jangan sampai memiliki outline yang logikanya melompat-lompat, apalagi jungkir balik.
b. BUKU
Buku merupakan karya tulis yang dapat berupa modul, buku pelajaran, diktat maupun karya terjemahan. Sebagai karya ilmiah, kerangka sajian isi buku harus memiliki kebenaran ilmiah. Di samping itu,  buku diharapkan menarik dan mudah dipahami oleh pembaca, serta yang paling penting adalah bermanfaat untuk memecahkan masalah kehidupan masyarakat. Berikut ini disajikan perihal modul dan diktat/buku teks.
1. Modul
Menurut Suharjono (1995), modul merupakan materi yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembaca diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut, dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran mandiri siswa. Sementara itu menurut Rusell dalam Suharjono (1995), modul merupakan suatu paket pembelajaran berkaitan dengan unit pelajaran (subject matter) terkecil memuat sebuah konsep tunggal. Sebuah modul merupakan upaya untuk membelajarkan siswa secara individual dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa menguasai satu unit pelajaran sebelum pindah ke unit yang lainnya. Selanjutnya menurut Panduan Operasional Penulisan Modul, Universitas Terbuka, format modul adalah sistematika penyajian materi dan proses belajar mata kuliah yang isinya mencakup tinjauan mata kuliah, sajian materi masing-masing modul, daftar kata-kata sulit, dan daftar pustaka. Sajian materi modul mencakup Pendahuluan, Kegiatan Belajar (KB), Rampungan tes formatif setiap KB, dan Kunci jawaban tes formatif.
Supriyatno (2001: 10) mengemukakan manfaat/kelebihan modul antara lain: (1) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang seragam pada kelas besar, namun landasan belajar secara individual lebih tinggi;  (2) Adanya fleksibitas bagi sisa dan guru untuk pembelajaran unit kecil pelajaran yang dapat disusun dalam suatu format yang beraneka-ragam;  (3) Menyiapkan kebebasan siswa yang maksimal dalam belajar secara independen;  (4) Menyiapkan partisipasi aktif siswa;  (5) Bila digunakan secara baik, membebaskan guru  mengajar materi yang sama secara berulang-ulang dalam suatu kelas; dan  (6) Dapat dirancang untuk membangkitkan interaksi antarsiswa dalam belajar.
Kerangka Isi Modul menurut PPPG adalah  sebagai berikut :
Pendahuluan
Deskripsi Singkat materi
Relevansi
Tujuan Pembelajaran
Penyajian
Judul kegiatan belajar
Petunjuk belajar
Uraian materi
Latihan / Tugas
Rangkuman
Penutup
Tes Formatif
Kunci Jawaban
Umpan balik dan Tindakan lanjut
b. Diktat / Buku Teks
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/memperkaya materi mata pelajaran / bidang studi yang disampaikannya dalam proses pembelajaran. Biasanya diktat hanya diedarkan dalam lingkup terbatas.
Greene dan Pretty dalam Supriyatno (2001) merumuskan beberapa fungsi buku teks sebagai berikut :
1) Mencerminkan suatu sudut pandang mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca dan variasi sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan betahap mengenai ketrampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi.
4) Menyajikan secara bersama–sama dengan buku manual yang mendampinginya yaitu metode dan sarana pembelajaran untuk memotivasi siswa.
5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan sebagai penunjang bagi latihan dan tugas praktis.
6) Menyajikan bahan/sarana belajar, evaluasi dan remendial yang serasi dan efektif.
   Penyusunan diktat / buku teks hendaknya relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum yang berlaku, serta mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan diktat / buku teks hendaknya memenuhi criteria tertentu. Menurut Tarigan (1989), kriteria yang dapat digunakan dalam penyusunan diktat/buku teks adalah sebagai berikut
1)    Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip dan sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks tersebut  secara keseluruhan.
2)    Konsep yang digunakan harus jelas sehingga tidak terjadi salah pengertian dan pemahaman dalam menangkap makna  konsep tersebut.
3)    Relevan dengan kurikulum, terutama apabila buku teks tersebut digunakan untuk konsumsi sekolah.
4)    Menarik minat siswa sebagai pemakai buku teks tersebut.
5)    Menumbuhkan motivasi bagi siswa yang menyenangi dan mau mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebut.
6)    Menstimulasi, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa.
7)    Memliki Ilustrasi yang menarik yang sangat diperlukan guna memberikan daya tarik bagi pembacanya
8)    Komunikatif, yaitu mudah dimengerti dan dipahami oleh pemakainya.
9)    Menunjang mata pelajaran yang lain
10) Menghargai perbedaan individu
11) Memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.




sumber : http://singgihadiwijaya123.blogspot.co.id/2016/01/penelitian-ilmiah.html